Usianya sudah lebih dari setengah abad, garis kerutan di
wajahnya menandakan hidup yang dijalaninya begitu keras dan beliau adalah Pahlawan perjuangan tiada akhir.
Kulit yang sering terpapar matahari dan sebagian giginya sudah tak berfungsi dengan baik, membuatku tak sanggup menatapnya berlama-lama. Namun yang membuatku salut semangat hidupnya itu begitu tinggi, jarang terlihat raut wajah itu kelelahan.
Kulit yang sering terpapar matahari dan sebagian giginya sudah tak berfungsi dengan baik, membuatku tak sanggup menatapnya berlama-lama. Namun yang membuatku salut semangat hidupnya itu begitu tinggi, jarang terlihat raut wajah itu kelelahan.
Masih terngiang cerita Bibi beberapa tahun yang lalu, kalau Bibi pernah berkata “Man, kalau bisa jangan punya istri dulu ya. Urus orangtua dan
adik-adik” entah minder atau tak tega, perkataan ini yang ternyata membuatnya
sampai saat ini enggan untuk menikah. Ya, semua itu karena himpitan ekonomi
yang mengharuskannya untuk selalu bekerja dan bekerja demi memenuhi kebutuhan
orangtua, demi masa depan adik-adiknya.
Oiya, beliau ini kakak tertua dari enam bersaudara, harusnya
ada delapan namun dua adik meninggal sewaktu masih bayi. Masa-masa remajanya
habis untuk membahagiakan adik-adiknya, sekadar mengajak piknik ke Kebun
Binatang atau pergi ke tempat permainan anak, menemani bermain bombom car, dengan senang hati ia penuhi.
Pernah suatu ketika seorang adik perempuannya merengek
minta dibelikan mukena, karena kerap jika melaksanakan shalat hanya memakai
sarung yang diikat ala ninja. Sang adik iri melihat teman sebanyanya banyak
yang memakai mukena. Bertepatan tanggal kelahiran Adik, disaat menjelang
adzan magrib tiba. Beliau menyodorkan mukena yang baru dibelinya. Bukan
kepalang senangnya Si Adik. *dan adik ini adalah saya* :(
Kenakalan dan kebandelanku selalu jadi perhatiannya. Adik-adikku yang lain selalu jadi penurut, hanya aku perempuan satu-satunya yang sedikit nyeleneh. Selain suka pergi main jauh dari rumah, pergaulanku hampir semua dengan anak laki-laki. Maka, jangan heran A Oman kerap menghukum dengan mengikat kedua kakiku *duh.
Tiba waktunya bagi adik-adiknya bersekolah, sempat kebingungan
darimana biayanya. Namun Allah maha besar, ada saja rejeki yang didapatinya. Beliau mampu membelikan seragam dan peralatan
sekolah walaupun seadanya. Jika sempat ia mengajari adik-adiknya menulis dan membaca, namun adakalanya tak sempat ia lakukan karena pekerjaan yang harus dilakoninya.
Hari berlalu tahun berganti, adik-adiknya beranjak dewasa
dan satu persatu mulai lepas dari tanggung jawab membiayainya. Adik perempuan
itu meminta ijin untuk menikah, terlihat sudut matanya berkaca-kaca. Diantara
tahun-tahun yang dilewati, baru kali itu beliau terlihat mengeluarkan air mata,
air mata bahagia sekaligus kesedihan. Mengingat dirinya yang belum mampu
mengakhiri masa lajangnya.
Beliau yang kerap membuat kami merasa tanpanya tak mungkin mampu melewati berbagai gelombang kehidupan. Kami, terutama saya. Telah melalui perjalanan hidup yang tidak mudah, kedua orangtua kami memang punya keterbatasan. Beliau telah mengorbankan seluruh hidupnya demi keluarga. Dan beberapa tahun kemudian adik-adiknya yang lain mulai menyusul menikah, beliau yang selalu menjadi saksi atas pernikahan kami adik-adiknya.
Dari waktu ke waktu ia baktikan hidupnya demi keluarga. Beliau tidak mengenyam pendidikan tinggi, hanya tamatan SD. Tapi tangannya begitu cekatan, barang-barang yang tidak terpakai bisa menjadi sebuah karya yang menghasilkan. Segala jenis pekerjaan pernah dijalaninya, mulai dari pentas drama, asisten bartender, membuat peralatan meubel, dagang mainan anak dan banyak lagi. Saya sendiri lupa apa saja keahlian beliau, saking banyaknya. Namun sayang, tidak ada yang menetap disatu bidang pekerjaan.
Sempat beberapa bulan yang lalu kutawarkan usaha lain yaitu KUDO (Kios Usaha Dagang Online), namun beliau kesulitan berkecimpung didunia online. Jadi ia menyarankan saya saja yang menjalankannya, dan dengan kode Avf7v8s sayapun mulai mencoba usaha berjualan pulsa telepon dan listrik. Dengan niat ingin sedikit membantunya apabila beliau perlu membeli pulsa tidak usah jauh-jauh. Cukup kasih kode satu kali miscall, pasti pulsa mendarat di hapenya dan semoga produk buatan Kakakku ini bisa masuk di website Kudo, supaya memudahkan pemasaran.
![]() |
Kakak lagi buat craft tempat tisu |
![]() |
kelincahan tangan saat membuat kerajinan |
Mudah-mudahan dengan sedikit kisah Pahlawan Perjuangan Tiada Akhir yang saya sampikan ini, bisa mewujudkan keinginan untuk membahagiakan beliau disisa usianya yang tak lagi muda, amiin.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteah betapa ya hebatnya beliau. Aku juga jadi inget ada temanku juga bercerita kalau kakaknya yang jadi tulang punggung keluarga. Semua jadi sarjana kecuali kakaknya karena dia yang membiayai, tapi akhirnay oelh adik2nya kakanya disuruh kuliah lagi walau usia sudah bukan waktunya kuliah, akhirnya bisa juga jadi sarjana
ReplyDeleteMakasih mba Tira, semoga saya masih sempat membahagiakan beliau :)
Deletesalut ama pengrajin
ReplyDelete:D hehee.. makasiih
Deletebenar benar pahlawan sekali untuk keluarganya mak. sampe buat paper craft ditunggu hasil jadinya mak
ReplyDeleteLaah, Dik... kan udah tau di instagram emak..
DeleteSeperti membaca kisah hidupku sendiri, Mbak. Dah mewek saja ini bacanya...
ReplyDeleteSeperti membaca kisah hidupku sendiri, Mbak. Dah mewek saja ini bacanya...
ReplyDelete